Jumat, 09 Mei 2008

Menghancurkan Belenggu Institusi

BAB I

PENDAHULUAN


Pesatnya berkembangnya zaman, memicu munculnya tuntutan-tuntutan terhadap suatu organisasi untuk melakukan sebuah perubahan yang dinamis. Selain itu munculnya permasalahan internal organisasi semakin menambah banyaknya deretan permasalah dalam organisasi. Hal itu menunjukan perlu adanya perubahan dalam organisasi.

Banyaknya permasalahan dalam organisasi menuntut adanya perubahan. Kecenderungan para karyawan untuk selalu membentuk kelompok dengan satu “kepentingan”, sulitnya melakukan koordinasi dengan anggota baru dalam organisasi.

Permasalahan ternyata tidak hanya terjadi pada tataran bawah, tetapi juga pada tataran pimpinan, yaitu antara CEO dan COO dalam hal pengambilan keputusan misalnya. Keegoisan COO dengan mengambil keputusan yang seharusnya dilakukan oleh CEO.

Ketika HR mencoba membenahi semua itu, maka harus berhadapan dengan seribu satu masalah, kedisiplinan karyawan, pemecatan manajer yang tidak perform, struktur organisasi yang tidak jelas. Untuk melakukan perubahan maka HR membutuhkan konsultan sebagai agen perubahan.

Organisasi, baik struktur, linkage, boundary, maupun climate dapat membelenggu orang-orang hebat sehingga kinerja tidak optimal. Dengan kata lain, diperlukan upaya-upaya untuk mengeksplorasi “current reality” yang ada pada setiap orang sebelum melangkah lebih jauh dalam strategi. Itulah peran Re-Code.

Oleh sebab itu organisasi harus memiliki cara-cara khusus untuk menuju pada perubahan yang akan dicapai. Salah satunya dengan budaya korporat, dimaksudkan untuk mambentuk perilaku-perilaku korporasi yang menuntut adanya profesionalisme. Budaya korporat tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus di imbangi dengan perilaku organisasi yaitu pikiran yang dibentuk dari pikiran-pikiran individu yang sifatnya saling berinteraksi.



BAB II

PEMBAHASAN


A. Budaya Korporat

Budaya Korporat merupakan suatu sistem nilai yang membimbing orang-orang dalam suatu institusi untuk berperilaku tertentu. Karena ada kata korporat, maka budaya budaya korporat dimaksudkan untuk membentuk perilaku-perilaku korporasi. Setiap korporasi mempunyai keunikan tersendiri dalam membimbing anggota-anggota atau karyawan-karyawannya dalam berperilaku. Namun demikian, secara garis besar korporatisasi mengandung sejumlah konsekuensi yang berbeda dari organisasi paguyuban, keluarga atau kekerabatan.

Budaya korporat, tidak hanya cocok diterapkan untuk korporasi, tetapi dapat juga kita terapkan dalam pelayanan jasa-jasa publik dan birokrasi. Sebab budaya ini mengandung nilai-nilai profesionalisme dan pelayanan yang didambakan semua orang.

Ada beberapa spirit dalam korporatisasi, yaitu :

    1. Pemisah kekayaan (antara milik individu atau keluarga atau kelompok dengan milik organisasi sebagai badan hukum),

    2. Pemisahan tanggung jawab, antara pemilik dan pelaksana (manajeman),

    3. Mengutamakan kepentingan pelanggan (costumer satisfaction),

    4. Bekerja dalam system,

    5. Adanya pencatatan dan transparansi,

    6. Adanya pertanggungjawaban (accountability),

    7. Bergerak dengan strategi dan rencana kerja,

    8. Adanya upaya regenerasi berkelanjutan.

Meski korporatisasi dijalankan pada korporasi (perusahaan), belakangan ini muncul tuntutan-tuntutan yang sangat kuat agar badan-badan milik pemerintah dan yayasan juga dikelola berdasarkan prinsip-prinsip korporasi. Hal ini terutama disebabkan oleh tiga hal berikut ini :

  1. Adanya ketergantungan yang sangat besar dari badan-badan tersebut pada negara, sehingga menjadi beban yang tidak menyejahterakan dan tidak efisien.

  2. Buruknya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan tersebut (tidak mengutamakan kepuasan pelanggan)

  3. Memudarnya peran negara diseluruh dunia sebagai produk dari paham liberal demokrasi yang mengedepankan mekenisme pasar dan persaingan. Persaingan dianggap sehat bila negara tidak ikut campur didalamnya apalagi ikut bersaing melawan korporasi dunia.

Dalam perkembangannnya, budaya korporat lebih mengedepankan etika dan sistem nilai untuk membentuk kepribadian organisasi. Sistem nilai tersebut bukanlah sistem nilai inovatif belaka, melainkan juga sistem nilai kreatif yang memacu manusia berprestasi. Dalam proses pengembangannya, budaya korporat sangat dipengaruhi nilai-nilai para pendiri atau pemilik atau penasihat organisasi. Namun yang terpenting adalah kultur dan nilai-nilai yang dikembangkan harud mencerminkan kemampuan organisasi beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, budaya korporat bukanlah sekedar sistem nilai historis yang dibawa oleh para pendahulu, melainkan sudah menjadi bagian yang penting dari sebuah strategi. Jadi, ia lebih mirip sebuah proses ”by design” (dibuat) daripada ”inheritage” (diwariskan).


B. Pikiran Organisasi

Budaya korporat tidak dapat berdiri sendiri, ia memerlukan ”gizi” atau energi yang memacu organisasi agar terus hidup dan antusias menghadapi tantangan zaman. Gizi atau energi inilah yang disebut Pikiran Organisasi. Budaya korporat tidak dapat bekerja efektif kalau tidak melakukan Re-Code, yang bekerja mentransformasikan pikiran-pikiran organisasi untuk menjadi bagian dari strategi oragnisasi.

Pikiran organisasi adalah sebuah pikiran yang dibentuk dari pikiran-pikiran individu yang berbeda sifat dan saling berinteraksi. Orang berganti dan generasi baru muncul mengakibatkan DNA Organisasi bergerak dinamis. Pikiran yang ada dalam organisasi adalah suatu sistem yang memikirkan dan memutar gerak roda organisasi agar ia terus hidup dari suatu proses yang saling terkait satu dengan lainnya. Pikiran dihasilkan melalui suatu sistem yang terpusat pada susunan syaraf. Ada 4 komponen yang membentuk ”pikiran” organisasi yang memerlukan treatment Re-Code, yaitu :

  1. Individu (Re-Code Individu)

Re-Code Individu, dilakukan dengan mengecek kadar OCEAN.

  1. Pemimpinnya (Re-Code the CEO)

Re-Code CEO lebih banyak menyangkut kepemimpinan. Seorang CEO adalah seorang pemimpin yang bekerja dengan sebuah tim yang disebut bawahan atau anak buah. Pemimpin tidak dapat bekerja seorang diri. Dengan kata lain ia bukanlah seorang ”super” CEO yang memimpin untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu seorang pemimpin wajib merekonstruksi kembali tim yang diwariskan kepadanya, memberi semangat, meningkatkan kompetensi, mengembangkan kapabilitas dan mendorong untuk berpikir dan bekerja sepenuh hati. Dengan hal itu, organisasi dapat terus melaju dan mampu beradaptasi. Pemimpin bukan menciptakan pengikut (followers), melainkan membentuk anak buah menjadi pemimpin-pemimpin baru lainnya (self-leader).

  1. Organisasi (Re-Code Organisasi)

Proses transfer dari apa yang dipikirkan mansuia dan pimpinannya, akan tampak pada bentuk organisasi yang ditinggalinya. Desain, kultur dan iklim organisasi juga mencerminkan kadar DNA orang-orang yang mendiami dan memimpinnya. Secara garis besar proses yang harus dilewati dalam Re-Code Organisasi adalah sebagai berikut :

    1. Re-Orientasi OCEAN

Menumbuhkan sikap-sikap positif dalam pembaharuan seperti keterbukaan terhadap hal-hal baru, penempatan nilai-nilai kedisiplinan, etos kerja dan kreatifitas. Proses re-orientasi OCEAN ini membutuhkan penanganan yang serius karena karena re-orientasi ini harus mampu membedakan antara ”say-belief” (apa yang diucapkan) dengan ”do-belief” (apa yang dilakukan). Say-belief umumnya agak berhubungan dengan apa yang dilakukan dalam tes-tes psikologi pada saat seorang karyawan baru akan diterima bekerja. Psikologi biasanya melakukan tes kepribadian untuk mereka apa yang dimiliki calon yang bersangkutan. Namun para ahli mulai meragukan pemakaian alat ukur ini untuk memprediksikkan perilaku seseorang karena ”perilaku seseorang tidak hanya ditentukan oleh keadaan sebelum seseorang itu bergabung dalam suatu organisasi”. Manusia akan terus berproses dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya dan dalam proses interaksi, orang-orang yang akan dinilai dibagi dalam berbagai kelompok kecil yang diberi tugas-tugas dalam kurun waktu tertentu dan selama itu mereka di observasi.

Output proses Re-orientasi :

      1. Nilai-nilai dan benih-benih perilaku baru

      2. Pengelompokan orang (seleksi) beserta kadar DNA masing-masing yaitu meneruskan pekerjaan, dipindahtugaskan (disesuaikan) dan yang harus diberhentikan (kurang cocok dengan job demand).

    1. Re-Desain Organisasi

Produktifitas seseorang bukan semata-mata ditentukan oleh DNA perilaku yang ia miliki dan interaksinya dengan orang lain. Produktifitas seseorang juga ditentukan oleh bentuk dan desain ”rumah” yang mereka diami. ”Rumah” itu dalam sebuah organisasi kita sebut sebagai desain organisasi. Sebuah organisasi yang baik juga memerlukan perencanaan yang matang. Organisasi perlu dibuatkan ”gambarannya” yang akan terlihat unsur-unsurnya seperti struktur, keterkaitan-keterkaitan (linkages), batas-batas (boundary), sistem insentif dan nuansa atau iklim (warna). Untuk mendisain organisasi menjadi organisasi organik (hidup dan dinamis) atau mekanistik (bergerak mekanis seperti sebuah mesin) sangat ditentukan oleh apa yang diterapkan dalam oraganisasi tersebut.


Desain organisasi organik atau mekanistik

Organik


Mekanistik

Kekerabatan / kultur

Alat Kontrol

Aturan-aturan dan prosedur

Team work

Struktur

Birokratik

Kreatifitas

Tuntutan

Kepatuhan

Berubah-ubah

Sifat Pekerjaan

Rutin

Dinamis / bergejolak

Lingkungan

Stabil


Desain organik umumnya hanya dapat berlangsung sementara, karena suatu ketika orang-orang yang bekerja akan lebih dikuasai oleh subconcious mind (alam bawah sadar) sehinga berevolusi menjadi rutin dan birokratik. Hal ini menyebabkan orang-orang ini akan membentuk kebiasaan atau hard code (hard wiring), dan lama-lama kitapun akan dibelenggu oleh kebiasaan-kebiasaan itu. Organisasi yang demikian berubah menjadi mekanistik, sehingga setiap 10-20 tahun sekali organisasipun harus direkayasa ulang, di re-orientasi dan di re-desain. Proses re-code diperlukan secara berkala. Selain keseluruhan organisasi, masing-masing divisi atau bagian dari organisasi juga dapat memiliki keunikan dalam proses pengambilan keputusan dan pekerjaannya. Contoh divisi akunting, produksi dan keuangan dapat bersifat mekanistik dan konseruatif serta devisi pemasaran, penjualan dan SDM yang bersifat organik.

Selain kedua prinsip desain di atas (organik dan mekanistik), kelima komponen di dalamnya juga perlu diperiksa kembali, ditataulang agar Change DNA yang ada dapat tumbuh dan bergerak dinamis.

      1. Struktur

Organisasi fungsional cenderung mengkotak-kotakan orang ke dalam fungsi-fungsi. Dengan organisasi yang berbentuk tim bila dibentuk akan dapat dibentuk untuk memudahkan pengaturan flow, baik informasi atau transaksi.

      1. Hubungan-hubungan (linkages)

Masing-masing bagian dalam suatu organisasi memiliki hubungan bagian-bagian lainnya, baik hubungan langsung atau tidak langsung dan seberapa kuat masing-masing hubungan itu sangat manentukan bagaimana mereka berproses.

      1. Batas-batas (boundary)

Change DNA umumnya berhubungan erat dengan desain batas suatu organisasi. Orang-orang yang bekerja jauh ”di dalam” dengan batas-batas tegas untuk keluar, cenderung memiliki karakter tertutup, hati-hati terhadap hal-hal baru dan resisten terhadap pembaharuan. Sementara orang yang bekerja di garis batas yang cenderung berinteraksi dengan dunia luar, biasanya lebih adaptif DNA lebih lincah dalam menghadapi perubahan.

      1. Insentif

Seperti apa insentif yang diberikan pada pegawai akan sangat menentukan seperti apa perilaku karyawan atau pegawai baik di dalam maupun di luar organisasi.

      1. Nuansa (iklim)

Iklim adalah proses komunikasi, nilai-nilai dan perangkat-perangkat yang dibutuhkan oleh orang-orang. Untuk mendapatkan suatu iklim atau suasana yang dikehendaki dalam suatu organisasi, maka perlu untuk menata bagian dalam organisasi tersebut dengan ”desain interior” sesuai dengan ”suasana hati” yang ingin ditanamkan.

Kelima hal di atas ada satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tentu saja dibutuhkan pengetahuan yang cukup untuk mendesain sebuah organisasi agar ia mampu menjadi organisasi yang kreatif, adaptif dan hidup. Tetapi itu saja belum cukup, dibutuhkan juga seni untuk merancang organisasi dengan prinsip-prinsip organisasi yang benar.

Contoh studi kasus :

Pada era pemerintahan Soeharto, lingkungan terkendali dan stabil. Perubahan-perubahan dapat tumbuh menjadi besar dengan dukungan proteksi pemerintah. Pelaku-pelaku usaha yang datang dari mancanegara diatur dan dibatasi, impor dikendalikan melalui tarif sebagainya. Keamanan begitu ketat dan semua aktifitas memerlukan izin pemerintah pada masa itu desain organisasi bisnis sebagian besar perusahaan cenderung mekanistik dan birokratik (diatur dengan aturan-aturan dan prosedur). PT Bogasari Flour Mills misalnya, praktis hidup dari memungut fee (ongkos) giling gandum, yang kemudian menyalurkannya ke pasar dilakukan oleh bulog.

Dengan demikian, sebagian besar pegawai PT Bogasari adalah pegawai di bagian produksi dan distribusi yang bekerja rutin. Praktis tidak ada kegiatan promosi atau pemasaran yang berubah-ubah. Mereka juga tidak perlu memikirkan persaingan atau kepentingan pelanggan. Pelanggan sudah puas dengan apa yang disediakan.

Pasca pemerintahan Soeharto, organisasi perusahaan ini bertransformasi menjadi organisasi organik, menyusun perubahannya tuntutan lingkungan yang mewajibkan adanya persaingan, impor yang dibuka luas dan mengendurnya peran pemerintah. Bogasari harus memasarkan sendiri produknya ke pasar-pasar, membangun merk sendiri, dan bekerja lebih dinamis. Peranan mereka dan budaya perusahaan menjadi sangat penting dalam mengahadapi persaingan dan struktur organisasinya yang didesain ulang.

Yang terlihat menonjol adalah dalam tempo sekitar 3 tahun terbentuk tim pemasaran yang terdiri atas orang-orang muda dalam jumlah yang cukup besar. Respon Bogasari di pasar adalah cerminan dari desain organisasi baru yang bertransformasi dari desain mekanistik dan birokratik menjadi desain organik yang dinamis dan kompetitif

  1. The Critical Mass (Re-Code The Critical Mass).

Re-Code keempat komponen belum dapat memberi hasil yang optimal bila eksekutif belum melakukan Re-Code pikiran, khususnya yang merekatkan keempat komponen tersebut.


BAB III

PENUTUP


Kesimpulan


Organisasi dikatakan baik jika organisasi secara terus-menerus dapat mengalami perubahan menuju arah yang lebih baik. Oleh sebab itu organisasi harus memiliki cara-cara khusus untuk menuju pada perubahan yang akan dicapai. Salah satunya dengan budaya korporat yaitu suatau system nilai yang membimbing orang-orang dalam suatu institusi untuk berperilaku tertentu yang memiliki nilai-nilai profesionalisme serta budaya korporat tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus di imbangi dengan perilaku organisasi yaitu pikiran yang dibentuk dari pikiran-pikiran individu yang sifatnya saling berinteraksi. Perilaku organisasi juga menuntut adanya beberapa tambahan yang dapat membantu pada proses perubahan yaitu adanya individu (Re-Code The Individu), pemimpin (Re-code The CEO), dan Organisasi (Re-Code Organisasi) bahwa ketiga nsur tersebut memberi pengaruh yang baik terhadap perubahan.

Suatu organisasi (Re-Code Organisasi) dikatakan mengalami perubahan jika organisasi tersebut memiliki orientasi atau Ro-orientasi yang bersifat OCEAN yaitu suatu sikap yang membutuhkan sikap-sikap positif dalam pembaharuan terhadaphal-hal baru, Re-Desain Organisasi yaitu produktivitas yang bukan semata-mata ditentukan oleh DNA yang dimiliki seseorang dengan interaksinya bersama orang lain serta memiliki The Critical Mass (Re-Code The Critical Mass) yaitu komponen yang memberi hasil yang optimal bila eksekutif belum melakukan Re-Code pikiran.

Penjelasan di atas dapat memberi kesimpulan bahwa Perubahan pada Instansi atau Organisasi sangat mungkin dipengaruhi pada faktor-faktor yang berasal dari luar organisasi ataupun lingkungan luar dari organisasi yang bias membawa pada perubahan yang menuju arah positif atau arah yang baik dan sehat untuk sebuah organisasi.

13 komentar:

Re-code Your Change DNA IV mengatakan...

semangat ya tmen-tmenq bwt garap tugasnya.....hehe

tetep kompak n do be the best,, key?!

Recode Change DNA VI mengatakan...

menanggapi makalah anda Organisasi, baik struktur, linkage, boundary, maupun climate dapat membelenggu orang-orang hebat sehingga kinerja tidak optimal. Dengan kata lain, diperlukan upaya-upaya untuk mengeksplorasi “current reality” yang ada pada setiap orang sebelum melangkah lebih jauh dalam strategi.Yang ingin saya tanyakan yaitu:
1. upaya-upaya untuk mengekplorasi "current reality" itu seperti apa contohnya?
2. peran budaya korporat bagi suatu organisasi itu seberapa besar ?????

Dhien Shamata
FIB006072

anita nugraheni mengatakan...

anita nugraheni f1b006038
Budaya korporat tidak hanya cocok diterapkan untuk korporasi, tetapi dapat juga kita terapkan dalam pelayanan jasa-jasa publik dan birokrasi. Sebab budaya ini mengandung nilai-nilai profesionalisme dan pelayanan yang didambakan semua orang.
sebutkan&jelaskan nilai-nilai yang ada didalam budaya koporat??

anita nugraheni mengatakan...

anita nugraheni f1b006038
maaf pertanyaan saya sebelumnya kurang lengkap..
yang saya maksud yaitu sebut dan jelaskan nilai-nilai yang ada dalam budaya korporat??

ajayajah mengatakan...

Saya sependapat dengan apa yang telah di utarakan oleh kelompok anda tentang budaya korporate beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Dan menurut saya, budaya korporate tersebut jyga jangan hanya diterapkan di dalam suatu organisai atau perusahaan saja, akan tetapi juga budya korporate besrta unsur-unsurnya harus juga diterapkan di dalam badan-badan birokrasi suatu negara,dalamrangka memajukan atau mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik lagi.
Dan yang ingin saya tanyakan adalah, bahwa dalam makalah tadi terdapat suatu studi kasus tentang pemerintahan orde baru yang telah menerapkan budaya korporate ini. Dan menurut anda apakah pada pmerintaha SBY-JK ini budaya koporate dan unsur-unsurnya telah diterapkan di dalamnya?
Hatur nuhun
Fajar Rosliatika (F1B006004)

Recode Change DNA VI mengatakan...

ass... hello, teman-temanku. Wah..foto krenz abies. Oh, Q Icha tanya neh,Bolehkan.hehehe :)Gampang ko,pertanyaanya.
Boleh Ye... :)

Dari penjabaran makalah Xlian, khususnya pd bagian penutup. Disitu dijlskan Bhwa Suatu organisasi(Re-Code Organisasi) dikatakan mengalami perubahan jk organisasi tsb memiliki orientasi/ Ro-orientasi yg bersifat OCEAN yaitu suatu skp yg membutuhkan sikap2(+)dlm pembaharuan thdp hal2baru, Re-Desain Organisasi yaitu produktivitas yg bkn semata-mata ditentukan olh DNA yg dimiliki seseorang dgn interaksinya bsama orang lain serta memiliki The Critical Mass (Re-Code The Critical Mass) yaitu komponen yg memberi hasil yg optimal bila eksekutif blm melakukan Re-Code pikiran.
Penjelasan diatas dpt memberi kesimpulan bahwa Perubahan pd Instansi/Organisasi sangat mungkin dipengaruhi pd faktor2 yg berasal dr luar organisasi/pun lingkungan luar dari organisasi yg bs membawa pd perubahan yg menuju arah(+)/arah yg baik & sehat u/ sebuah organisasi. Yang saya minta boleh tidak Xlian berikan contoh dari maksud penjabaran itu?
Makacih... :)
SEMANGAT yO0...

MIRZA ANJENG SARI (F1B006073)

bayu mengatakan...

apakah semua hal baru baik untuk perkembangan organisasi?jika iya, bagaimana seharusnya organisasi meresponnya?jika tidak, berikan contohnya dan bagaimana cara mengatasinya?

bayu rimadhani f1b005097

Blog Administrasi Negara mengatakan...

Budaya korporat tidak dapat berdiri sendiri, ia memerlukan ”gizi” atau energi yang memacu organisasi agar terus hidup dan antusias menghadapi tantangan zaman. Gizi atau energi inilah yang disebut Pikiran Organisasi. Yang ingin ditanyakan adalah pikiran organisasi yang seperti apa yang dimaksudkan tersebut?

Terima Kasih

TITIN WARTINI (F1B006027)

Re-code Your Change DNA IV mengatakan...

Septian Rolik R (F1B006054)

Menanggapi pertanyaan dari Sdri.Anita Nugraheni F1B006038

Nilai-nilai yang ada dalam budaya korporat, antara lain :
1. disiplin, nilai ini dimuali dari diri sendiri yang kemudian akan mempengaruhi keseluruhan organisasi malalui interaksi.
2. komunikasi, tingkat komunikasi yang baik akan memperkuat hubungan antar anggota dan dengan luar organisasi.
3. kreatifitas, kemampuan dalam berkreasi dalam rangka kemajuan organisasi.
4. kerja sama, bekerja dalam semangat kelompok.
5. kompetisi, semangat untuk mendapatkan yang terbaik melalui persaingan yang sehat.
6. tanggung jawab, setiap orang akan merasa punya tanggung jawab atas setiap hal yang dilakukan.

Terima kasih banyak atas pertanyaanya, semoga jawaban ini cukup membantu.
Kebetulan g punya buku, hahahahaha
bukannya sok pinter, tapi terdesak, oke.........
wahahahahahaaha

Re-code Your Change DNA IV mengatakan...

Septian Rolik R (F1B006054)

Menanggapi pertanyaan dari Sdri. Fajar Rosliantika F1B006004

Maaf tapi studi kasus yang ada pada makalah kami, pada Orba belum menerapkan budaya korporat, baru setelah / pasca Orba, perusahaan mencoba menerapkan hal itu. Pada instansinyapun belum menerapkan hal itu.
Tapi menanggapi apakah pemerintahan sekarang telah menerapkan budaya korporat, pada tahap sekarang memang sudah dimulai tapi belum semuanya mengingat kemampuan masyarakat Indonesia masih kurang, sebagai contoh yang telah diterapkan adalah dengan adanya sertifikasi pada guru, hal ini akan semakin meningkatkan profesionalisme kerjanya. Selain itu, diadakannya pelatihan, diklat dll semakin memberdayakan PNS.

Semangat dari korporasi sudah mulai diterapkan, tapi memang dalam kenyataannya di lapangan belum terlaksana dengan baik.
Hal ini dapat terjadi karena sudah melekatnya budaya lama yang pada umumnya sudah "enak" dan tdk ingin berubah. Selain itu, penegakkan rule of law yang kurang tegas dan orang-orang yang sudah terbentuk itu sulit dirubah.

Terima kasih banyak atas pertanyaanya, semoga jawaban ini dapat membantu.....
peace..............................

Re-code Your Change DNA IV mengatakan...

Septian Rolik R (F1B006054)

Menanggapi pertanyaan Sdri. Titin Wartini (F1B006027)

Pikiran organisasi yang dimaksud adalah pikiran yang dibentuk dari pikiran-pikiran individu yang berbeda sifat dan saling berinteraksi. "Pikiran" ini bergerak dinamis seiring munculnya generasi baru yang memutar roda organisasi dalam proses yang saling terkait.
"Pikiran" ini mempunyai 4 komponen, yaitu :
1. Individu,
2. pemimpinnya,
3. organisasi, dan
4. the critical mass.
Setiap komponen mempunyai peran dan kontribusi dalam pembentukan "pikiran" organisasi, pemimpin misalnya, ia akan memimpin dan membentuk pola kerja / orientasi dengan caranya tergantung dari apa yang ia kehendaki mungkin adanya partisipasi semua pihak atau otoriter.

Terima kasih banyak y....
semoga bermanfaat.

kelompok3 mengatakan...

KAMI DARI KELOMPOK 3 INGIN MEMBERITAHUKAN PERUBAHAN BLOG PADA KELOMPOK KAMI.
BAGI TEMEN-TEMEN YANG MAU KOMENTAR MAKALAH KELOMPOK 3, REVISINYA ADA PADA BLOG DI BAWAH INI:

FS-keloga.blogspot.com

SILAHKAN BUKA BLOG DIATAS UNTUK MENGIRIM KOMENTAR BARU ANDA. KARENA BLOG KAMI SEBELUMNYA YAITU keloga.blogspot.com TIDAK KAMI BAHAS LAGI. SILAHKAN BUKA BLOG YANG BARU, KHUSUSNYA BAGI KELOMPOK RE-CODE III SEBAGAI PEMBAHAS...

TERIMAKASIH...

Re-code Your Change DNA IV mengatakan...

wahahahahahaahahahahahahaahaahahaahaahahaahahahaah
kayane wis rampung apa ya.........
thank u every body, my frieds, my God, my girl etc.

Powered By Blogger